Pengalaman akan Ibadat Harian



Pengalaman akan Ibadat Harian
Mungkin banyak, termasuk para imam, yang bertanya bagaimana seorang pastor menjalankan Ibadat Harian yang diwajibkan oleh Gereja kepada para imamnya. Ibadat Harian (Brevir) terdiri atas 7 bagian:
1) Ibadat Bacaan
2) Ibadat Pagi
3) Ibadat Siang (Tertia, Sexta, Nona)
4) Ibadat Sore
5) Ibadat Malam
Ibadat Siang terdiri atas 3 bagian dan Gereja mewajibkan mendoakan salah satu, tetapi ada biarawan-biarawati yang wajib mendoakan ketiga-tiganya.
Sebagai seorang imam, saya berusaha untuk setia mendoakan Ibadat Harian itu. Pada saat tahbisan diakon, saya di hadapan uskup berjanji untuk menjalankan dengan setia Ibadat Harian yang adalah ibadat liturgis Gereja. Namun tidak selalu mudah memenuhi apa yang saya telah janjikan di hadapan bapak uskup. Tiga bulan sesudah tahbisan diakon, saya masih semangat untuk mendoakan Ibadat Pagi dan Ibadat Sore. Tetapi pelan-pelan tinggal Ibadat Sore, karena selain malas, saya beranggapan bahwa Misa di pagi hari sudah cukup dan tidak perlu lagi Ibadat Pagi. Waktu itu saya tidak pernah memikirkan untuk melakukan Ibadat Bacaan dan Ibadat Siang. Kadang kala saya menjalankan Ibadat Malam, kalau tidak terlalu capek, sebelum pergi tidur. Saya tidak menjalankan Ibadat Bacaan karena saya menganggap sudah digantikan oleh bacaan Kitab Suci yang sering saya lakukan. Ibadat Siang pernah saya teratur lakukan ketika masih ada di Paris, karena sebelum makan siang, kami bersama-sama melakukannya. Jadi berkat komunitas, saya menjalankannya. Sejak tinggalkan Paris, saya tidak pernah lagi menjalankan Ibadat Siang.
Kedatangan saya kedua kalinya di Roma, ada perubahan besar dalam menjalankan Ibadat Harian. Saya bertobat dan pelan-pelan melakukan kewajiban saya yang satu ini: mendoakan Ibadat Harian. Awalnya saya berpikir, Ibadat Harian dengan 5 bagian itu akan menyita waktu studi saya. Tetapi dalam proses permenungan saya di hadapan Sakramen Mahakudus, terpikirkan bahwa biarlah saya gagal dalam studi tetapi saya tidak mau gagal dalam menjalankan kewajibanku yang satu ini. Sebagai catatan sampingan, meskipun waktu untuk berdoa semakin bertambah, tetapi ternyata hasil studi (nilai) cukup memuaskan.
Menjalankan Ibadat Harian tidak selalu berjalan mulus. Kecendrungan yang ada adalah tawar-menawar. Saya pergi mencari alasan yang bisa membebaskan saya untuk tidak mendoakan seluruh bagian Ibadat Harian itu. Tetapi saya tidak menemukan satu alasan pun, kecuali dengan alasan sakit. Tetapi sepertinya sehat terus. Saya akhirnya berhenti mencari alasan untuk tidak berdoa dan mulai memupuk sikap positif terhadap Ibadat Harian itu. Selain kewajiban, saya patut bersyukur karena Gereja telah memberikan sarana kepada kita untuk berdoa senantiasa kepada Bapa lewat PutraNya Yesus Kristus. Ibadat Harian adalah juga rahmat bagi para imam untuk selalu menjalin hubungan dengan Tuhan. Ini menjadi salah satu alasan untuk melakukan Ibadat Harian dengan setia, selain tanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama (Gereja).
Yang cukup mudah adalah Ibadat Pagi, Ibadat Sore dan Ibadat Malam. Karena komunitas mendoakan Ibadat Sore bersama, saya terbantu dan terikat untuk melakukan ibadat Sore. Ibadat Malam tidak terlalu sulit karena selain pengalaman sebelumnya, ibadat ini singkat, sekitar 7 menit. Ibadat Malam saya lakukan sebelum pergi tidur. Untuk dapat melakukan Ibadat Pagi dengan teratur, saya hadir lebih awal sebelum Misa, sehingga saya terbiasa dan setia dengan Ibadat Pagi. Lantas Ibadat Siang yang sebenarnya juga singkat sekitar 10 menit, saya melakukannya di kamar sebelum makan siang. Ibadat Siang ini kadang kala saya lupa karena terlalu sibuk di depan komputer, hingga ketika tiba jam makan, saya hanya berpikir untuk melakukannya sesudah makan, tetapi sesudah makan tidak ingat Tuhan lagi.
Ibadat Bacaanlah yang jatuh bangun. Saya mencari-cari waktu yang tepat untuk melakukannya. Karena masih mencoba-coba, akhirnya sering lupa. Ibadat Bacaan, kebanyakan saya satukan dengan Ibadat Sore. Sebelum bergabung dengan komunitas, saya melakukan Ibadat Bacaan. Tetapi kadangkala saya terbatas dengan waktu sehingga saya harus membaca salah satu bacaaan yang tersedia di lain waktu. Ibadat Bacaan ini lebih lama karena ada 3 mazmur dan 2 bacaan yang cukup panjang (satu dari Kitab Suci dan yang lainnya dari tulisan [pujangga] Gereja). Lama baru Ibadat Bacaan ini menjadi kebiasaan saya.
Jadi, hingga saat ini setelah melewati proses “trial and error” (istilah Indonesianya: jatuh bangun), kurang lebih Ibadat Harian saya lakukan demikian. Pada weekdays (Senin hingga Jumat) Ibadat Bacaan saya lakukan sekitar jam 6 sore sebelum Ibadat Sore dengan komunitas. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu, karena lebih sering saya misa sendirian, saya melakukan Ibadat Bacaan sesudah Misa. Lantas Ibadat Pagi menjadi kegiatan awal harian saya. Sedangkan Ibadat Siang saya bersiteguh untuk melakukannya sebelum makan siang, meskipun harus terlambat untuk makan, supaya jangan lupa ketika perut sudah kenyang. Ibadat Sore bersama dengan komunitas dan sebelum tidur saya melakukan Ibadat Malam. Dalam Ibadat Malam ini ada bagian pemeriksaan batin dan juga doa memasrahkan diri kepada Tuhan.
Apa yang dulu saya kuatirkan bahwa Ibadat Harian akan mengganggu jadwal studi saya, ternyata tidak benar. Justru waktu di depan internetlah yang mengambil banyak waktu studi saya. Untuk setia melakukan Ibadat Harian ini, tentunya saya tidak tergantung banyak pada usaha saya. Saya selalu mohon bimbingan Roh Kudus untuk membantu, menguatkan, menyemangati saya supaya tetap setia entah dalam masa kering maupun ketika lagi in mood.
“Roh Kudus bantulah aku untuk setia melakukan Ibadat Harian yang diberikan oleh Gereja-Mu yang kudus. Amin.”